Pakuning Jawa
February 6, 2010 by magelangkotatua - Kota Pusaka Magelang - Magelang Heritage City
Ada banyak cerita turun temurun yang berkisah tentang adanya daerah Magelang dan munculnya kembali daerah Magelang setelah letusan Gunung Merapi tahun 1006 M. Mengapa saya katakan cerita turun-temurun, karena memang banyak masyarakat Magelang mendapatkannya dari cerita. Walaupun ada beberapa buku yang sudah mengupasnya walaupun tidak secara detil dan mengarah langsung tentang nama daerah Magelang saat itu.
Bahkan ada legenda yang sampai saat ini masih dikenang masyarakat Jawa, khususnya masyarakat Magelang bahwa bukit Tidar yang ada di Magelang merupakan pakuning pulau Jawa. Pakuning (pakunya) pulau Jawa di sini diartikan jika bukit Tidar ini runtuh maka pulau Jawa akan goyah atau bisa juga dikatakan bahwa bukit Tidar ini sebagai penyeimbang pulau Jawa.
Ada cerita tentang Semar yang pernah bersemayam di Bukit Tidar. Ada yang menyangkal hal itu. Paling tidak ada seorang tokoh yang menempati bukit Tidar, menjadi ajian pamungkas rombongan orang Rum untuk menjadikan Jawa sebagai tempat tinggal dan bercocok tanam. Atas saran tokoh tersebut (ada versi lain lagi yang mengatakan tokoh itu bukan tokoh lokal tapi Raja Rum), perlu dilakukan pengisian tumpal di tanah Jawa agar bisa ditempati. Rombongan diberangkatkan dan setelah selama 5 tahun rombongan pendeta dan alim ulama kebatinan berhasil menguasai keadaan pada tahun 88 M dengan menancapkan tongkat tumbal di lima lokasi, yaitu di Barat, Timur, Utara, Selatan dan satu menancapkan tumbal di Bukit Tidar. Penancapan tumbal di bukit Tidar mengakibatkan gempa dan angin ribut yang menandakan kekuatan tumabl berhasil mengalahkan jin dan setan penghuni tanah Jawa. Setelah tanah Jawa aman, baru dilakukan pengisian tanah Jawa. Dikumpulkan orang Keling, Seilon dan Siam (tanpa orang Rum) untuk dibawa ke tanah Jawa. Dalam perjalanannya orang Keling yang banyak sampai di Jawa(khususnya di bukit Tidar dan sekitarnya), karena yang lainnya ditugaskan membuka daerah lain di nusantara yang dilewatinya.
(sumber : Cerita Turun Temurun dan dilengkapi tulisan Soekimin, 1988, Makalah Menelusuri Nama dan Hari Lahir Kota Magelang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar